Monday, October 6, 2014

Tugas Teknik Penulisan Ilmiah
Media Sebagai Panglima
1.      Review artikel
Seno Gumiran Ajidarma di kebon jeruk, Selasa 4 Juni 2013. 17:08 . Beliau telah menulis sebuah wacana yang berjudul “media sebagai panglima”, dengan maksud membuktikan bahwasanya media telah mengkhianati cita-cita kelahirannya sendiri melainkan karena konsep  netral yang merupakan sebuah mitos.  Kata netral dalam media memaknai sebagai perebutan kepentingan baik dalam segi ideologis sampai finansial, sehingga media manapun akan disebut netral hanya sejauh menguntungkan diri atau kelompoknya.
2.      Tujuan penulis
Tujuan penulis menyampaikan kepada para pembaca bahwa tidak selamanya berita yang disajikan oleh wartawan itu benar, karena media sebagai situs perjuangan berbagai kelompok berdasarkan pada kepentingannya masing-masing tampaknya saja wartawan berada diluar berita yang dihasilkan, tetapi sudah jelas wartawa berada didalam wacana berita kareana memang tiada sesautu bermakna diluar wacana.
 Tujuan penulis terhadap untuk para wartawan agar dapat tetap netral dalam  mengendalikan, mengarahkan , dan menentukan arus pemberitaan dalam hubungan-hubungan produksi wacana, sehingga dapat menjadi dominan dalam posisi kepemimpinan moral  dan intelektual terhadap fungsinya yang vital atas keberadaan media.
3.      Fakta unik
Ø  Konsep netral merupakan sebuah konsep yang sudah gugur
media itu sendiri dapat diartikan suatu organisasi dari individu secara struktur sosial yang dibentuk secara konstruksi kenyataan, dengan pencapaian yang sangat berdaya sehingga nyaris menjadi ilusi kenyataan yang sempurna. Dalam zaman modern  kemajuan tekhnologi membuat para  wartawan  hanya bisa mnegikuti arus karena terjadi ajang perebutan berbagai kepentingan ideologis sampai kepentingan finansial yang berusaha membebankan maknanya sendiri  sehingga media manapun akan disebut netral hanya sejauh menguntungkan diri atau kelompoknya. Netral tidaknya media tidaklah melekat karena terdapat pada media itu sendiri, melainkan adalah produksi wacananya.
Ø  Media banyak digunakan oleh kauum politisi
dalm suatu pemberitaan media para wartawan bukanlah wartawan melainkan sekedar instrumen media. Mereka bekerja seperti robot, menjadi mesin canggih bagi kegagapan par pemikir medioker dan ujung-ujungnya memberi sumbangan besar. Para wartawan harus mebuat pemberitaan sesuai yang berkepentingan dengan kerendahan hati palsu dan semu sebagai sekedar pengolah media, apa yang disebut berita hanya termanfaat sebagai corong propaganda kaum politisi yang licin, promosi gratis para cukong, khotbag nabi-nabi gadungan, kilah aparatur negara, dan pembenaran diri golongan militer yang mentalitasnya setara preman.
Ø  Pembunuh berdarah dingin dengan segala persenjataanya sebagai ksatria
Dalam sebuah media yang hanya mengikuti sebuah arus pemberitaan  yang lebih banyak menyesatkan ketika sensasi  seksualitasnya memenuhi ruang pemberitaan lebih banyak dari pada kasus korupsi yang menjadi sumbernya. Berpihak untuk membuat setara wacana kelompok terbawahnyanya, terutama mereka yang lemah, tertindas, dan tak berdaya meskipun sekedar untuk bersuara.
4.      Pertanyaaan yang muncul
Ø  Dampak apakah apabila media tidak muncul?
Ø  Bagaimanakah apabila wartawan tidak netral?
Ø  Bagaimanakah apabila media tidak boleh dimiliki politisi?
Ø  Apa yang menyebabkan media hanya menguntungkan kepentingan diri atau kelompoknya?
Ø  Mengapa media mengikuti arus pemberitaan yang menyesatkan?
5.      Refleksi diri

Dari wacana yang berjudul media sebagai panglima ditemukannya berbagai kecuranggan didalamnya baik dari media, wartawan, dan orang-orang yang memilki kepentingan, karena tidak semuanya arus pemberitaan yang disampaikan media itu benar melainkan bertujuan untuk menancapkan sebuah kepentingan yang menguntungkan bagi pihak-pihak yang berkuasa. Seharusnya wartawan dapat mengendalikan, mengarahkan, dan menentukan arus pemberitas secara objektif dan kritis demi konstruksi kenyataa terbaik bagi bangsa indonesia para wartawan harus memperjuangkan dan merebut peran, dengan menjadikan media sebagai panglima.

No comments:

Post a Comment