Tugas
Teknik Penulisan Ilmiah
“Media Sebagai Panglima”
“Media Sebagai Panglima”
1.
Review
artikel
Seno
Gumiran Ajidarma di kebon jeruk, Selasa 4 Juni 2013. 17:08 . Beliau telah
menulis sebuah wacana yang berjudul “media sebagai panglima”, dengan maksud
membuktikan bahwasanya media telah mengkhianati cita-cita kelahirannya sendiri
melainkan karena konsep netral yang merupakan
sebuah mitos. Kata netral dalam media
memaknai sebagai perebutan kepentingan baik dalam segi ideologis sampai
finansial, sehingga media manapun akan disebut netral hanya sejauh
menguntungkan diri atau kelompoknya.
2.
Tujuan
penulis
Tujuan
penulis menyampaikan kepada para pembaca bahwa tidak selamanya berita yang
disajikan oleh wartawan itu benar, karena media sebagai situs perjuangan
berbagai kelompok berdasarkan pada kepentingannya masing-masing tampaknya saja
wartawan berada diluar berita yang dihasilkan, tetapi sudah jelas wartawa
berada didalam wacana berita kareana memang tiada sesautu bermakna diluar
wacana.
Tujuan penulis terhadap untuk para wartawan agar dapat tetap netral dalam mengendalikan, mengarahkan , dan menentukan arus pemberitaan dalam hubungan-hubungan produksi wacana, sehingga dapat menjadi dominan dalam posisi kepemimpinan moral dan intelektual terhadap fungsinya yang vital atas keberadaan media.
Tujuan penulis terhadap untuk para wartawan agar dapat tetap netral dalam mengendalikan, mengarahkan , dan menentukan arus pemberitaan dalam hubungan-hubungan produksi wacana, sehingga dapat menjadi dominan dalam posisi kepemimpinan moral dan intelektual terhadap fungsinya yang vital atas keberadaan media.
3.
Fakta
unik
Ø Konsep
netral merupakan sebuah konsep yang sudah gugur
media itu sendiri dapat diartikan suatu organisasi dari individu secara struktur sosial yang dibentuk secara konstruksi kenyataan, dengan pencapaian yang sangat berdaya sehingga nyaris menjadi ilusi kenyataan yang sempurna. Dalam zaman modern kemajuan tekhnologi membuat para wartawan hanya bisa mnegikuti arus karena terjadi ajang perebutan berbagai kepentingan ideologis sampai kepentingan finansial yang berusaha membebankan maknanya sendiri sehingga media manapun akan disebut netral hanya sejauh menguntungkan diri atau kelompoknya. Netral tidaknya media tidaklah melekat karena terdapat pada media itu sendiri, melainkan adalah produksi wacananya.
media itu sendiri dapat diartikan suatu organisasi dari individu secara struktur sosial yang dibentuk secara konstruksi kenyataan, dengan pencapaian yang sangat berdaya sehingga nyaris menjadi ilusi kenyataan yang sempurna. Dalam zaman modern kemajuan tekhnologi membuat para wartawan hanya bisa mnegikuti arus karena terjadi ajang perebutan berbagai kepentingan ideologis sampai kepentingan finansial yang berusaha membebankan maknanya sendiri sehingga media manapun akan disebut netral hanya sejauh menguntungkan diri atau kelompoknya. Netral tidaknya media tidaklah melekat karena terdapat pada media itu sendiri, melainkan adalah produksi wacananya.
Ø Media
banyak digunakan oleh kauum politisi
dalm suatu pemberitaan media para wartawan bukanlah wartawan melainkan sekedar instrumen media. Mereka bekerja seperti robot, menjadi mesin canggih bagi kegagapan par pemikir medioker dan ujung-ujungnya memberi sumbangan besar. Para wartawan harus mebuat pemberitaan sesuai yang berkepentingan dengan kerendahan hati palsu dan semu sebagai sekedar pengolah media, apa yang disebut berita hanya termanfaat sebagai corong propaganda kaum politisi yang licin, promosi gratis para cukong, khotbag nabi-nabi gadungan, kilah aparatur negara, dan pembenaran diri golongan militer yang mentalitasnya setara preman.
dalm suatu pemberitaan media para wartawan bukanlah wartawan melainkan sekedar instrumen media. Mereka bekerja seperti robot, menjadi mesin canggih bagi kegagapan par pemikir medioker dan ujung-ujungnya memberi sumbangan besar. Para wartawan harus mebuat pemberitaan sesuai yang berkepentingan dengan kerendahan hati palsu dan semu sebagai sekedar pengolah media, apa yang disebut berita hanya termanfaat sebagai corong propaganda kaum politisi yang licin, promosi gratis para cukong, khotbag nabi-nabi gadungan, kilah aparatur negara, dan pembenaran diri golongan militer yang mentalitasnya setara preman.
Ø Pembunuh
berdarah dingin dengan segala persenjataanya sebagai ksatria
Dalam
sebuah media yang hanya mengikuti sebuah arus pemberitaan yang lebih banyak menyesatkan ketika
sensasi seksualitasnya memenuhi ruang
pemberitaan lebih banyak dari pada kasus korupsi yang menjadi sumbernya.
Berpihak untuk membuat setara wacana kelompok terbawahnyanya, terutama mereka
yang lemah, tertindas, dan tak berdaya meskipun sekedar untuk bersuara.
4.
Pertanyaaan
yang muncul
Ø Dampak
apakah apabila media tidak muncul?
Ø Bagaimanakah
apabila wartawan tidak netral?
Ø Bagaimanakah
apabila media tidak boleh dimiliki politisi?
Ø Apa
yang menyebabkan media hanya menguntungkan kepentingan diri atau kelompoknya?
Ø Mengapa
media mengikuti arus pemberitaan yang menyesatkan?
5.
Refleksi
diri
Dari
wacana yang berjudul media sebagai panglima ditemukannya berbagai kecuranggan
didalamnya baik dari media, wartawan, dan orang-orang yang memilki kepentingan,
karena tidak semuanya arus pemberitaan yang disampaikan media itu benar melainkan
bertujuan untuk menancapkan sebuah kepentingan yang menguntungkan bagi
pihak-pihak yang berkuasa. Seharusnya wartawan dapat mengendalikan,
mengarahkan, dan menentukan arus pemberitas secara objektif dan kritis demi
konstruksi kenyataa terbaik bagi bangsa indonesia para wartawan harus
memperjuangkan dan merebut peran, dengan menjadikan media sebagai panglima.
No comments:
Post a Comment